[Taubat Itu Perlu]: Apa Manfaatnya? Dan Bagaimana Cara Bertaubat yang Baik?
Jika Anda bertanya,
Apa gunanya bertaubat?
maka tanyakanlah kepada diri Anda sendiri,
Apa gunanya Anda mandi tiap hari -yang sebanyak 3x itu?
Bisa dibayangkan bila kotoran yang melekat dibadan itu tidak
dibersihkan maka akan menimbulkan
beberapa penyakit pada badan. Akibat
buruk dari kotoran tersebut sangat beragam, tergantung seberapa serius
kotoran itu, yang menandakan seberapa ganasnya bakteri/kuman yang
terkandung di dalamnya. Ada banyak tingkatan kotoran/noda/kuman. Kotoran
sapi memiliki tingkatan yang jauh lebih rendah daripada kotoran yang
disebabkan air liur anjing. Karena -seperti kita tahu secara umum- di
dalam kotoran sapi tak ada bakteri/kuman penyebab penyakit syaraf
(gila). Sedangkan, dalam hal noda yang disebabkan jilatan anjing,
terdapat bakteri/kuman penyebab penyakit saraf, rabies (anjing gila).
Sebab itu dalam hal pembersihannya pun berbeda (metode/cara
penanggulangannya).
Nah, begitu juga dengan taubat. Kebutuhan kita akan taubat sama
halnya dengan kebutuhan kita akan mandi, atau kebutuhan kita akan obat
di saat kita sakit. Dosa merupakan noda/penyakit yang melekat pada hati
(jiwa). Dosa perlu dibersihkan dari hati/jiwa Anda jika Anda
menginginkan perasaan (hati/jiwa) yang sehat, fresh, damai, tenang, tentram, sejahtera, dan perasaan positif lainnya.
Ada banyak tingkatan dosa, dan biasanya dikategorikan berdasarkan
tingkat kesalahannya, yakni dosa kecil dan dosa besar. Sehingga, metode
pembersihannya pun berbeda. Namun, artikel ini tidak akan membahas aneka
ragam dosa besar atau dosa kecil. Juga tak akan membahas metode yang
terperinci mengenai cara pembersihan dosa tersebut. Artikel ini hanya
akan membahas metode pembersihan dosa secara umum, meliputi pembersihan
(taubat) paling cepat, praktis, dan efisien. Yaah…, sesuai dengan teori ekonomi, dengan modal sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya .
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seseorang sebelum
bertaubat. Hal ini dimaksudkan agar taubatnya itu menjadi sempurna
(terpenuhi/diterima) sehingga pada akhirnya dosa-dosanya benar-benar
diampuni oleh Allah Yang Maha Menerima Taubat. Beberapa hal tersebut
adalah kesadaran, tidak menganggap remeh, sungguh-sungguh, dan tak berputus asa.
Pertama adalah kesadaran akan keberadaan
dosa-dosanya. Sebelum seseorang bertaubat, ia harus menyadari keberadaan
dosa di dalam hatinya. Kesadaran akan diperoleh dengan cara merenung.
Oleh sebab itu, renungkanlah setiap hal yang telah Anda lakukan, dengan
cara bertanya,
mengapa? Untuk apa?
.
Keberadaan dosa dalam diri seseorang bisa dideteksi dengan adanya gejala-gejala umum sebagai berikut, yaitu:
- Kegelisahan perasaan (sedih, kesal, kecewa, selalu tidak puas, egois, rakus, dll)
- Kekacauan pikiran (pusing, runyam, mumet, semrawut, stres, frustasi, depresi, dll)
Aneka kesedihan (terkena penyakit, bangkrut, kecelakaan, dll)
Dan sekiranya seseorang tak dapat melakukan hal itu -yakni menyadari
keberadaan dosanya, maka ketahuilah bahwa tak ada manusia yang
benar-benar bersih dalam kehidupan ini. Nabi Muhammad sendiri
ber-istighfar (berzikir memohon ampunan) sebanyak ±60x dalam sehari.
Apatah lagi dengan manusia semacam kita-kita yang sepertinya secara
notabene telah menganut faham “Tiada hari tanpa berbuat dosa” ?!!
Kedua adalah tidak menganggap remeh terhadap dampak
buruk dari dosa-dosanya tersebut. Tak boleh ada anggapan remeh terhadap
dosa (kesalahan) -meskipun hal itu dosa kecil- yang telah kita perbuat
(apatah lagi terhadap dosa besar?!!). Seperti halnya seorang petani yang
menganggap kecil terhadap segenggam kotoran sapi yang melekat di
kakinya, kemudian karena ia menganggapnya terlalu remeh, ia pun pergi
tidur tanpa membersihkannya terlebih dahulu, sehingga bakteri/kuman
dalam kotoran sapi tersebut merambat ke sekujur tubuhnya dan menciptakan
infeksi yang serius, yakni penyakit kulit ganas.
Ketiga adalah sungguh-sungguh dalam memohon ampunan
atas dosa-dosanya. Ini bisa dilakukan dengan melaksanakan ibadah-ibadah
yang wajib secara rutin sebagaimana telah disebutkan di dalam rukun
Islam. Ibadah wajib tersebut meliputi
Shalat, zakat, puasa Ramadan, dan haji (bila mampu)
.
Ibadah tersebut harus dilakukan dengan cara sebaik-baiknya, yakni
dengan perlengkapan peribadatan yang halal, kemudian lakukan se-khusuk
(konsentrasi) mungkin, dan harus dengan niat yang ikhlas (mengharap
pahala dari Allah). Ibadah wajib ini lah yang sebenarnya merupakan
metode pembersihan dosa yang paling cepat, praktis dan efisien.
Ketahuilah, bahwa dalam setiap ibadah itu -termasuk pula dzikir-
selalu terdapat proses peluruhan dosa secara sendirinya (automatis). Dan
dalam beberapa hadits disebutkan bahwa kebaikan itu menghapus
keburukan. Sebab itulah kita harus berbuat kebaikan sebanyak mungkin,
sehingga konsekuensi (akibat) dari kebaikan itu sendiri -yang juga
berupa kebaikan- akan kita peroleh, yang salah satunya berbentuk
peluruhan dosa-dosa kita.
Meskipun pada hakikatnya Allah tak pernah butuh ibadah kita, namun
ibadah itu merupakan wujud pengabdian kita kepada-Nya. Kita hanya
diminta rasa syukur (terima kasih) kita kepada-Nya (sebagai adab sopan
santun) atas beragam nikmat yang kita peroleh (mata, telinga,
waktu/kesempatan, dan lainnya). Namun perlu saya ingatkan sekali lagi,
bahwa ibadah wajib ini harus dilaksanakan dengan perasaan ikhlas,
semata-mata ingin mengharap ridla (kerelaan, pahala, ampunan) dari Allah
swt., dan bukannya dilakukan dengan niat pamer, atau agar bisa disebut
ahli ibadah, dan niat lainnya yang tak pantas dijadikan latar belakang
suatu ibadah.
Keempat adalah tidak berputus asa. Sekalipun
seseorang itu memiliki dosa sepenuh bumi, maka hendaklah ia tidak
berputus asa untuk bertaubat. Ampunan Allah sangatlah luas. Allah
mengampuni semua dosa, kecuali dosa karena syirik (menyekutukan Allah
dengan lainnya, seperti menganggap Tuhan itu Bertiga, menganggap ada
yang menandingi Sifat Allah, dan wujud persekutuan lainnya yang tak
pantas disandangkan kepada-Nya), dosa jenis ini hanya bisa dibersihkan
dengan cara berhenti berbuat syirik.
Kemudian, hendaklah seseorang jangan berpikiran pesimis (sempit)
tentang berapa banyak waktu yang telah digunakannya untuk berbuat dosa,
namun hendaklah ia berpikiran optimis (maju) tentang berapa banyak waktu
yang ia miliki untuk memperbaiki atau menghapus kesalahan-kesalahannya
(bertaubat). Hal ini dimaksudkan agar ia tak berputus asa dari luasnya
Ampunan Allah.
Jika seseorang telah bertaubat, lalu berbuat dosa lagi, maka
bertobatlah lagi, dan jika berbuat dosa lagi maka bertaubatlah lagi, dan
seterusnya. Sampai kapan? Tentu saja sampai ia menyelesaikan kehidupannya (mati). Sama seperti kita yang mandi tiap hari. Sampai kapan kita mandi? Tentu saja sampai kita berhenti hidup (mati). Karena kalau sampai kita berhenti mandi di saat masih hidup,
huh, bau dong!
Dan kita akan mudah terserang penyakit. Begitu juga dengan taubat,
kalau kita berhenti bertaubat selama kita masih hidup, maka akan banyak
penimbunan dosa di hati kita… yang ujung-ujungnya kita sendiri yang
terkena dampak negatifnya (gelisah, stress, frustasi, emosional, dll).
Ketahuilah, kita tak akan pernah bisa terlepas dari ragam kesalahan
(paling tidak yang terkecil sekalipun), seperti tubuh kita yang tak akan
pernah bisa terlepas dari kotoran/noda/polusi lingkungan sekitar, yang
mengharuskan kita mandi tiap hari. Begitu pula dengan sebab keharusan
kita bertaubat setiap hari dan di setiap ada kesempatan.
Allah menerima Taubat (permohonan ampun) hambanya selama nafasnya
belum sampai di kerongokongan (sekarat mau mati), artinya selama ia
masih punya kesempatan untuk bertaubat, lalu melakukan taubat, maka
kemungkinan besar akan diampuni oleh-Nya (diterima taubatnya). Namun,
ketika seorang yang berdosa tidak melakukan taubat hingga ajal
menjemputnya, maka tak ada Taubat lagi baginya.
Lalu, berapa lama jangka waktu (tempo) yang kita miliki untuk
bertaubat? Jawabannya, sangat panjang, yakni seumur hidup kita. Sebab
itu, hanya orang-orang yang mati dalam keadaan “belum bertaubat” lah
yang pantas untuk menyesal dan berputus asa. Sedangkan kita ‘kan masih
hidup, ngapain capek-capek harus menyesal ketika sudah mati (dan
dimasukkan ke Neraka)?
Sebelum nasi menjadi bubur, masih bisa dilakukan perubahan. Selama
masih ada kesempatan, kita masih bisa merubah keadaan diri kita.
Sekarang tergantung diri kita sendiri, mau bertaubat -
sebagai wujud perbaikan kesalahan dan penghapusan dosa kita
-
atau mau memperparah keadaan kita. Orang pintar itu selalu melihat
peluang, namun orang yang benar-benar jenius itu selalu berusaha
menggunakan peluangnya sebaik (maksimal) mungkin tanpa memperhatikan
berapa kegagalan yang telah ia peroleh.
Begitulah cara bertaubat. Anda tak boleh menganggap remeh perkara
taubat ini, karena taubat adalah kebutuhan ruhaniah (jiwa) Anda. Sama
halnya dengan perkara mandi, Apakah Anda pernah menganggap sepele tentang mandi?
Anda –sebagai orang sehat- tentu akan memperhatikan secara detil
tentang masalah pembersihan badan (mandi) ini. Anda akan memperhatikan
jenis sabun yang akan digunakan, juga kualitas air (keasamannya, dan ada
tidaknya zat pencemar di dalamnya), dsb. Nah, itulah juga yang
diperlukan dalam taubat. Perhatikanlah ibadah Anda, renungkanlah wujud
pengabdian Anda kepada Allah.
Kita harus melakukan Taubat setiap hari dan di setiap ada kesempatan,
seperti halnya kita membersihkan tubuh kita setiap hari (yakni dengan
cara mandi) dan saat kita menyadari akan keberadaan kotoran padanya
(yakni dengan cara membasuhnya).
Jiwa adalah sesuatu yang sangat sensitif. Dan Anda harus selalu
merawatnya dengan cara membersihkan dan berusaha menghilangkan beragam
penyakit di dalamnya (penyakit hati). Inilah yang harus Anda lakukan
jika Anda menganggap jiwa Anda sebagai sesuatu yang berharga.
Hidup itu sangat fleksibel. Meskipun manusia itu tak bisa
mengubah masa lalunya, namun ia SELALU bisa mengubah masa depannya
dengan kesempatan yang ia miliki.
Dengan satu pengecualian saja, yakni, kecuali jika dia tak mau mengubahnya.
sumber:(http://codenamezero.wordpress.com/2010/02/02/taubat-itu-perlu-apa-manfaatnya-dan-bagaimana-cara-bertaubat-yang-baik/)